PRAKTEK FERMENTASI
1.
Kelompok 1, 2 dan 3 (menggunakan daun
pisang)
1) Tujuan
Untuk memahami dan melakukan proses
pengolahan makanan dengan fermentasi dengan benar.
2) Hasil
Hasil praktikum
kelempok 1, 2 dan 3 yaitu menggunakan daun pisang untuk membungkus tempe.
Tabel. Hasil Fermentasi
Kelompok
|
Hasil
yang Diperoleh
|
||
Jadi
|
Kurang
jadi
|
Tidak
jadi
|
|
1
|
+
|
|
|
2
|
|
|
+
|
3
|
|
|
+
|
3) Pembahasan
a) Kelompok
1 dan hasil fermentasi jadi
Dari
hasil praktikum yang diperoleh tempe kelompok 1 jadi. Tempe ini di kerjakan secara steril dengan direbus
terlebih dahulu lalu disimpan selama 22 jam , ditiriskan dan kulit lapisan
luarnya di kupas/dilepas untuk memperoleh hasil yang baik dan agar ragi bisa
tercampur merata dan langsung terkontak dengan kacang kedelei.
Dengan
fermentasi aktifitas suatu zat yang terdapat dalam mikroorganisme yang berperan
pada waktu fermentasi, zat tersebut tidak lain adalah enzim. Kerja enzim akan
merubah senyawa kompleks seperti karbohidrat, protein, menjadi zat yang lebih
sederhana, dan hasil akhir fermentasi terbentuk asam organik, rasa dan flavor
yang berbeda dari bahan asalnya. Mikroorganisme yang berperan adalah bakteri,
khamir dan kapang.
Berbagai
perubahan biokimia terjadi selama proses fermentasi. Proses fermentasi kacang
kedele menjadi tempe menghasilkan perubahan pada protein, lemak, karbohidrat
dan vitamin. Perubahan-perubahan tersebut menjadikan tempe mempunyai sifat yang
mudah dicerna dalam sistem pencernaan, menurunkan kadar raffinosa dan stakhiosa
(penyebab kembung perut), jumlah nitrogen terlarut meningkat, asam amino
meningkat dibandingkan asam amino kedele, enzim lipase yang dihasilkan tempe
akan merubah sebagian besar lemak menjadi asam lemak bebas. Disamping itu
proses fermentasi dapat menurunkan anti nutrisi seperti asam fitat menjadi inositol
dan fosfor organic oleh lipase yang dihasilkan oleh Rhizopus oligosporus.
Dengan
memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut :
·
Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran
udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat
sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena
itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka
sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang
satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
·
UapAir
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
·
Suhu
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
Kapang tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang (25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
Perubahan yang
Terjadi Selama Fermentasi
Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan fisik maupun kimianya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya:
Selama proses fermentasi, kedelai akan mengalami perubahan fisik maupun kimianya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya:
Ø
Peningkatan
kadar nitrogen terlarut
Peningkatan ini disebabkan karena adanya aktivitas
proteolitik kapang, yang menguraikan protein kedelai menjadi asam-asam amino,
sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan.
Ø
Peningkatan
pH
Dengan adanya peningkatan nitrogen terlarut maka pH
juga akan mengalami peningkatan. Nilai pH untuk tempe yang baik berkisar antara
6,3-6,5.
Ø
Kedelai
menjadi mudah dicerna
Kedelai yang telah difermentasi menjadi tempe akan
lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi karbohidrat dan protein akan
dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang lebih mudah larut, mudah dicerna
dan bau langu dari kedelai juga akan hilang.
Ø
Perubahan
kadar air pada kedelai
Kadar air kedelai pada saat sebelum fermentasi
mempengaruhi pertumbuhan kapang. Selam proses fermentasi akan terjadi perubahan
pada kadar air dimana setelah 24 jam fermentasi, kadar air kedelai akan
mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40 jam fermentasi akan
meningkat lagi menjadi 64%. (Sudarmadji dan Markakis, 1977)
Ø
Berkurangnya
kandungan oligosakarida
Selama fermentasi tempe terjadi pengurangan kandungan
oligosakarida penyebab “flatulence”. Penurunan tersebut akan terus berlangsung
sampai fermentasi 72 jam.
Ø
Peningkatan
kadar amino bebas
Selama fermentasi, asam amino bebas juga akan
mengalami peningkatan dan peningkatannya akan mengalami jumlah terbesar pada
waktu fermentasi 72 jam (Murata et al., 1967)
Ø
Peningkatan
serat kasar dan vitamin
Kandungan serat kasar dan vitamin akan meningkat pula
selama fermentasi kecuali vitamin B1 atau yang lebih dikenal dengan thiamin
(Shurtleff dan Aoyagi, 1979).
Ø
Pengurangan
disakarida
Pengurangan disakarida terjadi pada senyawa stakhiosa,
rafinosa, dan sukrosa. Penurunan tersebut lebih diakibatkan oleh perendaman dan
perebusan kedelai jika dibandingkan dengan fermentasi. Menurut Kasmidjo (1989)
perendaman dan perebusan menyebabkan penurunan stakhiosa, rafinosa, dan sukrosa
masing-masing menjadi 51%, 48%, dan 41% dari bahan awalnya, selanjutnya
stakhiosa akan berkurang menjadi 7% saja setelah 72 jam fermentasi dan sukrosa akan
berkurang menjadi sepertiganya.
Ø
Penurunan
lemak
Fermentasi tempe juga mengakibatkan penurunan lemak.
Hasil penelitian Sudarmadji dan Markakis (1978) menunjukkan bahwa setelah
fermentasi 48 jam menggunakan inokulum Rhizopus sp, 20% lemak akan terhidrolisis
oleh enzim lipase. Sedangkan komponen utama lemak kedelai, yaitu asam linoleat
akan habis termetabolisasikan pada fermentasi hari ketiga (Kasmidjo, 1989)
Kriteria Hasil Akhir
Berikut adalah
kriteria hasil akhir dari proses fermentasi tempe yang benar:
ü
Berwarna
putih atau putih keabu-abuan
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur
yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Miselia jamur ini biasanya tumbuh
merata di sepanjang permukaan tempe.
ü
Tekstur
kompak, padat dan lunak
Tekstur yang kompak dan padat juga disebabkan oleh
miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut.
ü
Aroma
khas tempe
Biasanya aroma pada tempe agak berbau asam. Terjadinya
degradasi komponen-komponen dalam kedelai dapat menyebabkan terbentuknya flavor
yang spesifik setelah fermentasi
ü
Tempe
tidak hancur
Terutama pada saat dipotong. Artinya tempe tidak
terlalu lembek dan berbentuk padat.
b)
Kelompok 2 dan 3 serta
hasil fermentasi tidak jadi
Ciri- Ciri tempe yang
tidak jadi Pada pembuatan tempe terutama pada saat proses fermentasinya,
kondisinya harus steril dan bersih sehingga pembuatan tempe akan berhasil,
karena fermentasi tempe hanya terjadi pada lingkungan yang bersih.
Berikut adalah
ciri-ciri tempe yang tidak jadi (fermentasinya tidak berhasil):
v Tempe tetap basah
v Jamur tumbuh kurang baik
v Tempe berbau busuk
v Ada bercak hitam dipermukaan tempe
v Jamur hanya tumbuh baik di salah satu
tempat
Dengan hasil seperti itu dikarenakan proses yang
kurang bersih dan suhu serta oksigen kurang untuk pertumbuhan jamur, aktivitas
enzim masih berjalan sehingga menimbulkan bau, serta tidak meratanya proses
pencampuran antara ragi dan kacang kedele.
4)
Kesimpulan
Dengan memberikan
lubang pada daun, dan suhu yang sesuai, keadaan bersih saat proses berlangsung,
pencampuran yang harus merata antara ragi dan kacang kedele serta perbandingan
yang sesuai antara ragi dan kacang kedele maka tempe akan jadi dengan baik.
2.
Kelompok 4 dan 5
(menggunakan plastik)
1) Tujuan
Untuk memahami dan melakukan proses pengolahan
makanan dengan fermentasi dengan benar.
2) Hasil
Hasil praktikum
kelempok 4 dan 5 yaitu menggunakan plastik untuk membungkus tempe.
Tabel. Hasil Fermentasi
Kelompok
|
Hasil Praktek
|
|
Kurang jadi
|
Jadi
|
|
1
|
+
|
|
2
|
|
+
|
3)
Pembahasan
a)
Kelompok
4 hasil kurang jadi
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan kelompok 4 hasil fermentasinya kurang jadi
yang dimaksud kurang jadi adalah setelah 38-40 jam pertumbuhan jamur pada
kacang kedele tidak merata atau dapat dikatakan hanya tumbuh pada sebagian kacang
kedele saja. Hal ini dikarenakan pada saat pencampuran antara ragi dan kacang
kedele tidak tercampur rata sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur tidak merata.
b)
Kelompok
5 hasil tidak jadi
Dari
hasil praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok 5 hasil fermentasinya tidak
jadi kemungkinan ini disebabkan oleh tidak bersihnya proses dalam melakukan
pengerjaan dalam fermentasi.
4)
Kesimpulan
Dengan
pencampuran yang merata antara ragi dan kacang kedele, keadaan yang bersih,
suhu dan oksigen yang dibutuhkan tepat akan mempengaruhi tingkat keberhasilan
dari fermentasi tempe, sebaliknya jika semua itu tidak terpenuhi maka
fermentasi tempe akan gagal.
By Andi.Hartina Pattola Nurudia
Makkulau
Jurusan Kesehatan Lingkungan
2012
Sangat bermanfaat sekali min, 😊
BalasHapus